Nama:
Amalia Hapsari Prannanda Putri
NIM:
151130120
Soal!
Terkait
teori-teori ideologi, jelaskan perbedaan pokok antara Karl Marx dan Hegel dalam
memandang hakikat tentang ide-ide!
1.
TEORI
IDEALIS
Penganut teori ini mengakui bahwa
kehidupan manusia tidak lepas dari kemampuan berpikirnya. Tingkah laku dalam
berbagai institusi yang ada di sekitar manusia sebagian besar merupakan produk pikir
manusia. Dengan demikian tingkat ekonomi, politik, dan berbagai pranata politik
dibentuk dan diarahkan oleh apa dan bagaimana manusia menyikapi politik itu
sendiri.
HEGEL: Menurut teori idealis, ideology
politik tidak lagi merupakan mata rantai yang kausal antara penalaran dan
tindakan politik. Hegel (Filosof Jerman) merupakan tokoh pendekatan idealis
yang paling berpengaruh. Hegel menegaskan bahwa perjalanan sejarah akan sangat
didorong oleh proses konflik ide-ide yang sangat tajam. Konflik (dialektika)
dari ide-ide ini (antara thesa dan antithesa) pada akhirnya menghancurkan
sumber-sumber konflik melalui pembentukan sinthesa atau ide baru yang kemudian
akan menjadi thesis untuk kemudian ditentang lagi oleh suatu antithesis yang
baru, yang akhirnya mengarah pada suatu synthesis final berupa ide pokok yang
tidak dapat dipertentangkan lagi yang tidak lain adalah ide negara. Maksudnya,
teori idealis melihat bahwa perubahan sosial dapat disebabkan oleh faktor
non-material, seperti ide, nilai, dan ideologi. Secara umum, idealis dapat
diartikan sebagai suatu hubungan sosial yang ada apabila para individu secara
bersamaan mendasarkan perilakunya pada perilaku yang diharapkan oleh
pihak-pihak lain. Misalnya saja perilaku kita sehari-hari. Orang tua kita tidak
mengharapkan kita memiliki perilaku yang buruk sehingga menjadi anak yang nakal.
Maka kita sebagai anak harus menunjukkan perilaku yang ingin orang tua kita
lihat, yaitu perilaku-perilaku yang baik. Seperti rajin belajar, membantu orang
tua, tidak membantah perkataan orang tua, dan lain sebagainya.
Ada beberapa keberatan terhadap pandangan
idealis:
1.
Penalaran
semata-mata tidak akan mampu memberikan ideology yang diterima secara umum, dan
karena itu memberikan pola tingkah laku dan pranata yang sama
2.
Adanya
kritik sehingga ideology yang diterima dan dipraktekkan oleh manusia jarang
yang konsisten dengan kepentingan mereka
3.
Ideology
sering kabur dan terbuka terhadap serangkaian formulasi dan interpretasi,
berperan sebagai pedoman kunci terhadap tindakan politik
4.
Situasi
dan kondisi dimana ideology diperkenalkan adalaha sangat beragam. Keyakinan dan
kepercayaan terhadap ideology seringkali mengalami pasang surut, sehingga
menyulitkan ideology politik untuk diterima sebagai faktorn dasar tingkah laku
politik yang konsisten
5.
Penalaran
manusia tidak dikembangkan dalam situasi vakum.
2.
TEORI
POSISIONAL
Teori ini sebagian diangkat dari
pendekatan materialis atau realis, khususnya penyebutan “ideology” yang dipakai
Marx terhadap upaya rasionalisasi dari para kapitalis untuk mempertahankan
status-quo. Dalam pandangan Marx, kapitalisme secara sadar lebih memperjuangkan
kepentingan-kepengtingan kelas borjuis daripada kelas bekerja. Teori ini
kemudian mengajukan asumsi bahwa ideology adalah suatu sistem panutan politik
dalam upaya menciptakan komitmen, baik untuk menopang, memodifikasi, atau
bahkan mengubah tertib masyarakat. Teori posisional ini nampaknya dekat
hubungannya dengan teori materialis, sehingga dalam proses pelaksanaannya tidak
jauh berbeda dengan apa yang terjadi dalam teori materialis.
3.
TEORI
MATERIALIS
Teori
ini pada umunya berpendapat bahwa ide dan ideology lebih banyak ditentukan oleh
kepentingan dan perilaku manusia. Apabila manusia sudah rasional, maka
rasionalitas mereka umumnya dimanifestasikan dalam suatu kesadaran atau
perhitungan yang cermat terhadap upaya-upaya pencapaian kepentingannya sendiri.
Dengan demikian, ideology merupakan rasionalisasi dari materi dan
kepentingan-kepentingan politik yang tidak realistis, yang diabdikan untuk mempertahankan
statusquo ataupun untuk melakukan-melakukan perubahan-perubahan. Wawasan
materialis ini dikembangkan sejak manusia mulai bisa berpikir tentang politik.
Ø
Hegel
memandang bahwa sejarah dan eksistensi manusia ditentukan oleh serangkaian ide,
dan perjuangan manusia termanifestasikan dalam dialektika ide-ide tersebut.
Ø
Marx
melihat bahwa eksistensi material manusia adalah penentu ide-ide, sedang yang
menjadi landasan konflik bukanlah ide tetapi materi. Dengan demikian, Marx
mengakui bahwa dialektika materialisme sangat menentukan sejarah manusia
KARL MARX: Dalam analisis Marx, substruktur
masyarakat terletak dalam sistem hubungan ekonomi, sementara pranata politik
dan ideology akan menempati suprastuktur. Semua aspek tingkah laku manusia
dikondisikan oleh landasan materil, dan perubahan-perubahan terhadap landasan
tersebut akan merubah pula suprastrukturnya. Menurut Marx masing-masing model
ekonomi mempunyai kelas-kelas istimewa yang akan mengendalikan dan menentukan
cara-cara produksi dan sekaligus akan menguasai masyarakat. Bagi mereka yang
menempati kelas istimewa, biasanya mempertahankan struktur kelas dengan
menciptakan pranata politik dan mendayagunakan kekuatan-kekuatan pemaksa yang
mereka miliki. Mereka menciptakan pula ideology politik untuk menopang dan
member justifikasi terhadap kekuasaan dan kedudukan istimewa. Kelas yang
menguasai kekuatan material dalam masyarakat, adalah kelas-kelas yang menguasai
kekuatan intelektual. Dan dalam teori ini mengajarkan orang berpaham
mementingkan uang, jabatan ataupun kedudukan. Sehingga teori materialis disini
sudah sangat umum terjadi dalam fenomena-fenomena politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar